DATANG & KUNJUNGILAH !! ANDREY, TOKO OLEH-OLEH TRADISIONAL SOLO, COYUDAN PLAZA BLOK C7 JL. DR. RADJIMAN NO. 27 SOLO (BARAT PASAR KLEWER)

Selasa, 29 Maret 2011

Bakpia Pathok

bakpia 1 150x150 Bakpia Pathok Jogja Mak Krenyes, Sayang Kalau Anda Ndak Nyicipin

Bakpia sebenarnya berasal dari negeri Cina, aslinya bernama Tou Luk Pia, yang artinya adalah kue pia (kue) kacang hijau yang terbuat dari campuran kacang hijau dengan gula yang dibungkus dengan tepung lalu dipanggang. Di Indonesia Bakpia Pathok awalnya berasal dari pembuat bakpia pertama dan terkenal sejak 1978 dari Jalan Pathok nomer 75 yang hingga kini tetap bertahan dan bernama Bakpia Pathok 75. Bakpia Pathok ini adalah salah satu maskot jogjakarta paling terkenal selain malioboro.

Onde - Onde

Onde-onde Ketawa

Satu lagi makanan lawas asli dari Solo yaitu Onde - Onde, terbuat dari tepung gandum/terigu yang dibentuk bulat merekah dan di taburi wijen pada permukaannya. Rasanya gurih dan legit cocok untuk cemilan anda. Makanan ini tahan lama mesti tidak menggunakan pengawet.

Senin, 28 Maret 2011

Rengginan

Rengginan, jajanan khas solo yang dibuat dari beras ketan yang dimasak renyah dengan 2 pilihan rasa manis atau asin, enak rasanya,

Kripik Jahe

Kripik jahe ini terbuat dari gula merah, jahe, dan taburan wijen rasa jahenya sangat terasa hangat. Cocok untuk anda yang penikmat jahe.

Minggu, 27 Maret 2011

Coyudan Plaza tawarkan wisata belanja


Solopos, 16 Maret 2011

Solo (Espos)   Pusat grosir batik anyar, Coyudan Plaza, segera meramaikan pasar batik di Kota Bengawan.

Plaza yang terdiri dari 49 kios dan 30 lapak tersebut memberi kesempatan konsumen yang tidak memiliki waktu belanja di siang hari. Coyudan Plaza yang di-soft launching Selasa (15/3), direncanakan buka sampai pukul 21.00 WIB.

Marketing Manager Coyudan Plaza, Zaenal Arifin mengatakan Coyudan Plaza dikonsep sebagai pusat grosir batik seperti Pusat Grosir Solo (PGS) dan Pasar Klewer. Namun, berbeda dengan keduanya, plaza tiga lantai itu memberi keleluasaan berbelanja sampai malam hari. Soal produk, hampir 80% produk adalah batik dari Solo, Pekalongan maupun Cirebon.

“Kami konsep seperti pasar dengan suasana yang nyaman. Kios lebar 5x5 meter persegi sehingga pembeli leluasa memilih dagangan. Ke depan, kami harap ini menjadi salah satu pusat grosir batik di Solo,” papar Zaenal, saat ditemui Espos, di lokasi setempat, Selasa (15/3).

Disingung mengenai kemungkinan plaza akan menggerus dua pusat grosir yang telah ada sebelumnya, Kepala pengelola Coyudan Plaza, Didit Susatyo memastikan hal itu tidak akan terjadi. Pasalnya, pihaknya mengincar segmen khusus, yakni kalangan wisatawan yang membutuhkan wisata belanja di malam hari. “Dari kawan-kawan pelaku wisata kami tahu sering wisatawan sampai di Solo pada malam hari. Mereka membutuhkan waktu belanja pada sore itu sampai malam. Untuk itulah kami ada,” ujar dia.

Didit melanjutkan untuk penawaran awal, pihaknya memberikan diskon gratis sewa kios selama enam bulan. - Oleh : tsa

Selasa, 22 Maret 2011

Kripik Belut


100KERIPIK BELUT 100KERIPIK BELUT

 Kripik belut  yang digoreng kering atau dilapisi tepung. Makanan ringan ini merupakan makanan yang kaya protein dengan rasa gurih, enak dan renyah. Cocok sebagai cemilan dan lauk pauk serta oleh-oleh bagi para wisatawan.

Senin, 21 Maret 2011

Kripik Ceker Ayam



Kripik ceker ayam terbuat dari ceker ayam yang kaya akan kandungan Gizinya, seperti :
  1. Kandungan zat kolagen (chicken collagen extract) pada ceker ayam setara aktivitasnya dengan obat antihipertensi golongan ACE-inhibitor. Kolagen ceker ini bisa menurunkan kadar rennin dalam plasma,sehingga tidak mengungkit tekanan darah menjadi lebih tinggi.Buat Penderita Tekanan Darah tinggi sangat di anjurkan.
  2. Kandungan zat Kapur dan sejumlah Mineral, sehingga orang yang menderita rematik dianjurkan makan ceker ayam,Yang jelas, makan Ceker ayam secara rutin mulai dianjurkan bagi penderita rematik.
  3. Kandungan Hydroxyapatite yaitu salah satu makanan untuk tulang. Karena itu, mengkomsumsi cakar ayam selain dapat memelihara kekuatan tulang, Mencegah Osteoporosis juga menjaga elastisitas kulit.
  4. Kandungan Protein Kolagen dalam ceker Ayam juga sangat bagus buat pertumbuhan balita.Karena protein kolagen ayam memiliki antigen yang bersifat imunogenik yang mampu menghasilkan antibodi.

Kripik Paru

kripik paru kemasan 1 ons


Kripik Paru merupakan makanan khas dari klaten Jawa Tengah. Rasa yang gurih dan unik merupakan cita rasa tersendiri bagi pencinta kripik paru ini. Bahan dasar dari kripik paru ini adalah jerohan paru sapi yang kemudian diolah menjadi kripik paru. Cocok untuk camilan atau untuk lauk pauk anda.

Minggu, 13 Maret 2011

Abon Sapi



Abon sapi merupakan makanan khas Jawa Tengah, tepatnya berasal dari daerah Solo dan sekitarnya. Abon sapi terbuat dari daging sapi super atau daging sapi pilihan,  yang diolah dengan beberapa bumbu khas jawa.  Ciri-ciri abon sapi yang berkualitas  adalah abon sapi yang berserat tebal olahan daging sapi, beraroma khas abon sapi, memiliki rasa enak, yang tentunya dapat membangkitkan selera makan.

.

Emping Mlinjo

 
 









Emping adalah sejenis makanan ringan yang dibuat dengan menghancurkan bahan baku (biasanya biji melinjo) hingga halus kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari.

Pembuatan emping melinjo diawali dengan menyangrai melinjo, kemudian dikupas dan ditipiskan dengan sejenis palu dari besi. Makanan ini banyak dihasilkan oleh pengusaha kecil menengah, misalnya di Kabupaten Batang terutama Kecamatan Limpung, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, atau di Kabupaten Bantul.
Produk emping dari Indonesia sudah di ekspor di negara2 ASEAN, Timur Tengah dan EROPA.
diKecamatan Limpung sendiri sudah banyak gudang penampung EMping dari luar Kecamatan dan Desa - desa sekitarnya.
emping digolongkan menjadi 2 jenis.
Emping kelas Super dan biasa. emping kelaas super biasanya diekspor keluar negeri, sedangkan yang kelas biasa dijual keseluruh Nusantara.
Rasa Emping yg khas sangat cocok untuk dijadikan camilan untuk sehari - hari.
karena Emping tidak mengandung bahan Pengawet dan Perasa Buatan.
Namun emping juga mempunyai dampak positif dan negatif untuk kesehatan manusia.
jadi dianjurkan mengkonsumsi Emping secukupnya.

Emping sebenarnya dapat pula dari berbagai bahan, asalkan mengandung cukup pati. Ada emping dibuat dari bulir jagung (oleh pengrajin di daerah Yogyakarta) serta dari umbi teki.

Emping juga disertakan dalam penyajian bubur, gado-gado, ketoprak, dan lain sebagainya. Sebagai makanan ringan yang berdiri sendiri emping juga dijual dalam bentuk emping balado.

Keripik Tempe Renyah

                                    


Tempe memang makanan tradisional Indonesia yang penolahannya beragam. Bisa dimakan sebagai lauk dengan dibacem atau digoreng, atau dicampurkan ke dalam sayur lodeh, atau ditumis. Tempe bisa juga dibuat cemilan dengan digoreng berlapis tepung sebagai mendoan atau digoreng kering bersama tepung menjadi keripik tempe yang kriuk-kriuk. 

Kripik Usus



Kripik usus, dibuat dari usus ayam yang diolah secara higienis, digoreng garing sehingga renyah dan gurih. Cocok sebagai cemilan dan lauk pauk serta oleh-oleh bagi para wisatawan.

Pasar Klewer

Pasar Klewer yang dulunya berasal dari pedagang Pasar Slompretan yang terletak di jalan Dr. Rajiman (dahulu dikenal dengan nama Secoyudan) di Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon. Pasar Klewer memiliki spesifikasi aktifitas bursa textil dan batik terbesar di Kota Solo dan sekitarnya bahkan terkenal di seluruh Indonesia.

Pasar Klewer merupakan aset Kota Surakarta yang berdiri diatas tanah seluas 12.950 m2. Tanah tersebut merupakan tanah eks Swapraja/Pasar Slompretan yang kemudian dikuasai Pemerintah Kota Surakarta dengan status Hak Pakai No.8


Pasar Klewer dibangun dalam 2 (dua) tahap :
Tahap pertama:                                   Pasar Klewer bagian barat terdiri dari 2 (dua) lantai, selesai dibangun dan diresmikan pada tanggal 9 Juni 1971 oleh Presiden RI Soeharto.
Tahap kedua:   Pasar Klewer bagian timur terdiri dari 1 (satu) lantai, selesai dibangun dan diresmikan pada tanggal 27 Desember 1986 oleh Gubernur Jawa Tengah H. Ismail.

Kamis, 10 Maret 2011

Brem Solo


Brem Solo. Camilan ini terbuat dari sari tape ketan, gula, dan air. Rasanya manis dan lumer di lidah. Bentuknya yang khas seperti lempengan bundar pipih inilah yang membedakan dari Brem Madiun.

Ampyang


Dibuat dengan bahan utama berupa Kacang tanah dan gula jawa atau gula merah, Cara bikinnya juga terbilang tidak terlampau sulit. Gula jawa atau gula merah tinggal dilelehkan lalu diaduk dengan kacang tanah sangria lalu dikeringkan. Selesai. Untuk beberapa modifikasi, bisa dipadukan dengan madu, kacang mete, atau air jahe dan lain-lainnya.

Intip Solo


Intip merupakan salah satu oleh-oleh Solo yang sudah dikenal. Intip adalah kerak nasi yang dijemur sampai kering kemudian digoreng dalam minyak yang panas. Setelah itu tinggal dibungkus dengan tambahan garam atau gula merah. Rasanya sangat khas dan gurih walaupun tanpa MSG. Rasa gurih disebabkan karena sari dari nasi mengumpul di kerak nasi yang ada di dasar periuk, akibatnya rasanya gurih.

Roti Kecik

Roti Kecik, camilan tradisional yang berupa kue kering dari Solo dengan rasa manis cocok dinikmati saat minum teh.

Karak, Caliman tradisonal Solo


Karak, sejenis krupuk yang dibuat dengan bahan dasarnya nasi. Rasanya renyah, enak dan gurih. Cocok sebagai teman makan nasi atau camilan.

Rabu, 09 Maret 2011

SEJARAH BATIK

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.
Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.
Jaman Majapahit Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.
Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.
Daerah pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo. Diluar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad ke-XIX ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto, bahan-bahan yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri dan obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya.
Obat-obat luar negeri baru dikenal sesudah perang dunia kesatu yang dijual oleh pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya dipasar Porong Sidoarjo, Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai pasar yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo banyak dijual. Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik Mojoketo ikut lumpuh, karena pengusaha-pengusaha kebanyakan kecil usahanya. Sesudah krisis kegiatan pembatikan timbul kembali sampai Jepang masuk ke Indonesia, dan waktu pendudukan Jepang kegiatan pembatikan lumpuh lagi. Kegiatan pembatikan muncul lagi sesudah revolusi dimana Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan.
Ciri khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Yang dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu tempat pembatikan didesa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai riwayat sebagai peninggalan dari zaman peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825.
Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun perkembangan batik mulai menyebar sejak pesat didaerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakata, pada jaman kerajaan di daerah ini. Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi corak batik Solo dan Yogyakarta.
Didalam berkecamuknya clash antara tentara kolonial Belanda dengan pasukan-pasukan pangeran Diponegoro maka sebagian dari pasukan-pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri kearah timur dan sampai sekarang bernama Majan. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa Majan berstatus desa Merdikan (Daerah Istimewa), dan kepala desanya seorang kiyai yang statusnya Uirun-temurun.Pembuatan batik Majan ini merupakan naluri (peninggalan) dari seni membuat batik zaman perang Diponegoro itu.
Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena warna babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari tom. Sebagai batik setra sejak dahulu kala terkenal juga didaerah desa Sembung, yang para pengusaha batik kebanyakan berasal dari Sala yang datang di Tulungagung pada akhir abad ke-XIX. Hanya sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Sala yang menetap didaerah Sembung. Selain dari tempat-tempat tesebut juga terdapat daerah pembatikan di Trenggalek dan juga ada beberapa di Kediri, tetapi sifat pembatikan sebagian kerajinan rumah tangga dan babarannya batik tulis.
Jaman Penyebaran Islam Riwayat pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo, yang kisahnya berkaitan dengan penyebaran ajaran Islam di daerah ini. Riwayat Batik. Disebutkan masalah seni batik didaerah Ponorogo erat hubungannya dengan perkembangan agama Islam dan kerajaan-kerajaan dahulu. Konon, di daerah Batoro Katong, ada seorang keturunan dari kerajaan Majapahit yang namanya Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang ada sekarang ialah sebuah mesjid didaerah Patihan Wetan.
Perkembangan selanjutanya, di Ponorogo, di daerah Tegalsari ada sebuah pesantren yang diasuh Kyai Hasan Basri atau yang dikenal dengan sebutan Kyai Agung Tegalsari. Pesantren Tegalsari ini selain mengajarkan agama Islam juga mengajarkan ilmu ketatanegaraan, ilmu perang dan kesusasteraan. Seorang murid yang terkenal dari Tegalsari dibidang sastra ialah Raden Ronggowarsito. Kyai Hasan Basri ini diambil menjadi menantu oleh raja Kraton Solo.
Waktu itu seni batik baru terbatas dalam lingkungan kraton. Oleh karena putri keraton Solo menjadi istri Kyai Hasan Basri maka dibawalah ke Tegalsari dan diikuti oleh pengiring-pengiringnya. disamping itu banyak pula keluarga kraton Solo belajar dipesantren ini. Peristiwa inilah yang membawa seni bafik keluar dari kraton menuju ke Ponorogo. Pemuda-pemudi yang dididik di Tegalsari ini kalau sudah keluar, dalam masyarakat akan menyumbangkan dharma batiknya dalam bidang-bidang kepamongan dan agama.
Daerah perbatikan lama yang bisa kita lihat sekarang ialah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan sekarang dan dari sini meluas ke desa-desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut. Waktu itu obat-obat yang dipakai dalam pembatikan ialah buatan dalam negeri sendiri dari kayu-kayuan antara lain; pohon tom, mengkudu, kayu tinggi. Sedangkan bahan kainputihnyajugamemakai buatan sendiri dari tenunan gendong. Kain putih import bam dikenal di Indonesia kira-kira akhir abad ke-19.
Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah perang dunia pertama yang dibawa oleh seorang Cina bernama Kwee Seng dari Banyumas. Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal batiknya dalam pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha-pengusaha batik dari Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan kepada pengusaha-pengusaha batik di Ponorogo. Akibat dikenalnya batik cap maka produksi Ponorogo setelah perang dunia petama sampai pecahnya perang dunia kedua terkenal dengan batik kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik cap kasar Ponorogo kemudian terkenal seluruh Indonesia.
Batik Solo dan Yogyakarta Dari kerjaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta sekitamya abad 17,18 dan 19, batik kemudian berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Awalnya batik hanya sekadar hobi dari para keluarga raja di dalam berhias lewat pakaian. Namun perkembangan selanjutnya, pleh masyarakat batik dikembangkan menjadi komoditi perdagamgan.
Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal dengan “Sidomukti” dan “Sidoluruh”.
Sedangkan Asal-usul pembatikan didaerah Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram ke-I dengan raj any a Panembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama ialah didesa Plered. Pembatikan pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga kraton yang dikerjakan oleh wanita-wanita pembantu ratu. Dari sini pembatikan meluas pada trap pertama pada keluarga kraton lainnya yaitu istri dari abdi dalem dan tentara-tentara. Pada upacara resmi kerajaan keluarga kraton baik pria maupun wanita memakai pakaian dengan kombonasi batik dan lurik. Oleh karena kerajaan ini mendapat kunjungan dari rakyat dan rakyat tertarik pada pakaian-pakaian yang dipakai oleh keluarga kraton dan ditiru oleh rakyat dan akhirnya meluaslah pembatikan keluar dari tembok kraton.
Akibat dari peperangan waktu zaman dahulu baik antara keluarga raja-raja maupun antara penjajahan Belanda dahulu, maka banyak keluarga-keluarga raja yang mengungsi dan menetap didaerah-daerah baru antara lain ke Banyumas, Pekalongan, dan kedaerah Timur Ponorogo, Tulungagung dan sebagainy a. Meluasny a daerah pembatikan ini sampai kedaerah-daerah itu menurut perkembangan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dimulai abad ke-18. Keluarga-keluarga kraton yang mengungsi inilah yang mengembangkan pembatikan seluruh pelosok pulau Jawa yang ada sekarang dan berkembang menurut alam dan daerah baru itu.
Perang Pangeran Diponegoro melawan Belanda, mendesak sang pangeran dan keluarganya serta para pengikutnya harus meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah-daerah baru itu para keluarga dan pengikut pangeran Diponegoro mengembangkan batik.
Ke Timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulung Agung. Selain itu juga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkem-bang di Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon.
Lama kelamaan pembatikan menjalar pada rakyat Sokaraja dan pada akhir abad ke-XIX berhubungan langsung dengan pembatik didaerah Solo dan Ponorogo. Daerah pembatikan di Banyumas sudah dikenal sejak dahulu dengan motif dan wama khususnya dan sekarang dinamakan batik Banyumas. Setelah perang dunia kesatu pembatikan mulai pula dikerjakan oleh Cina disamping mereka dagang bahan batik. .
Sama halnya dengan pembatikan di Pekalongan. Para pengikut Pangeran Diponegoro yang menetap di daerah ini kemudian mengembangkan usaha batik di sekitara daerah pantai ini, yaitu selain di daerah Pekalongan sendiri, batik tumbuh pesat di Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo. Adanya pembatikan di daerah-daerah ini hampir bersamaan dengan pembatikan daerah-daerah lainnya yaitu sekitar abad ke-XIX. Perkembangan pembatikan didaerah-daerah luar selain dari Yogyakarta dan Solo erat hubungannya dengan perkembangan sejarah kerajaan Yogya dan Solo.
Meluasnya pembatikan keluar dari kraton setelah berakhirnya perang Diponegoro dan banyaknya keluarga kraton yang pindah kedaerah-daerah luar Yogya dan Solo karena tidak mau kejasama dengan pemerintah kolonial. Keluarga kraton itu membawa pengikut-pengikutnya kedaerah baru itu dan ditempat itu kerajinan batik terus dilanjutkan dan kemudian menjadi pekerjaan untuk pencaharian.
Corak batik di daerah baru ini disesuaikan pula dengan keadaan daerah sekitarnya. Pekalongan khususnya dilihat dari proses dan designya banyak dipengaruhi oleh batik dari Demak. Sampai awal abad ke-XX proses pembatikan yang dikenal ialah batik tulis dengan bahan morinya buatan dalam negeri dan juga sebagian import. Setelah perang dunia kesatu baru dikenal pembikinan batik cap dan pemakaian obat-obat luar negeri buatan Jerman dan Inggris.
Pada awal abad ke-20 pertama kali dikenal di Pekajangan ialah pertenunan yang menghasilkan stagen dan benangnya dipintal sendiri secara sederhana. Beberapa tahun belakangan baru dikenal pembatikan yang dikerjakan oleh orang-orang yang bekerja disektor pertenunan ini. Pertumbuhan dan perkembangan pembatikan lebih pesat dari pertenunan stagen dan pernah buruh-buruh pabrik gula di Wonopringgo dan Tirto lari ke perusahaan-perusahaan batik, karena upahnya lebih tinggi dari pabrik gula.
Sedang pembatikan dikenal di Tegal akhir abad ke-XIX dan bahwa yang dipakai waktu itu buatan sendiri yang diambil dari tumbuh-tumbuhan: pace/mengkudu, nila, soga kayu dan kainnya tenunan sendiri. Warna batik Tegal pertama kali ialah sogan dan babaran abu-abu setelah dikenal nila pabrik, dan kemudian meningkat menjadi warna merah-biru. Pasaran batik Tegal waktu itu sudah keluar daerah antara lain Jawa Barat dibawa sendiri oleh pengusaha-pengusaha secara jalan kaki dan mereka inilah menurut sejarah yang mengembangkan batik di Tasik dan Ciamis disamping pendatang-pendatang lainnya dari kota-kota batik Jawa Tengah.
Pada awal abad ke-XX sudah dikenal mori import dan obat-obat import baru dikenal sesudah perang dunia kesatu. Pengusaha-pengusaha batik di Tegal kebanyakan lemah dalam permodalan dan bahan baku didapat dari Pekalongan dan dengan kredit dan batiknya dijual pada Cina yang memberikan kredit bahan baku tersebut. Waktu krisis ekonomi pembatik-pembatik Tegal ikut lesu dan baru giat kembali sekitar tahun 1934 sampai permulaan perang dunia kedua. Waktu Jepang masuk kegiatan pembatikan mati lagi.
Demikian pila sejarah pembatikan di Purworejo bersamaan adanya dengan pembatikan di Kebumen yaitu berasal dari Yogyakarta sekitar abad ke-XI. Pekembangan kerajinan batik di Purworejo dibandingkan dengan di Kebumen lebih cepat di Kebumen. Produksinya sama pula dengan Yogya dan daerah Banyumas lainnya.
Sedangkan di daerah Bayat, Kecamatan Tembayat Kebumen-Klaten yang letaknya lebih kurang 21 Km sebelah Timur kota Klaten. Daerah Bayat ini adalah desa yang terletak dikaki gunung tetapi tanahnya gersang dan minus. Daerah ini termasuk lingkungan Karesidenan Surakarta dan Kabupaten Klaten dan riwayat pembatikan disini sudah pasti erat hubungannya dengan sejarah kerajaan kraton Surakarta masa dahulu. Desa Bayat ini sekarang ada pertilasan yang dapat dikunjungi oleh penduduknya dalam waktu-waktu tertentu yaitu “makam Sunan Bayat” di atas gunung Jabarkat. Jadi pembatikan didesa Bayat ini sudah ada sejak zaman kerjaan dahulu. Pengusaha-pengusaha batik di Bayat tadinya kebanyakan dari kerajinan dan buruh batik di Solo.
Sementara pembatikan di Kebumen dikenal sekitar awal abad ke-XIX yang dibawa oleh pendatang-pendatang dari Yogya dalam rangka dakwah Islam antara lain yang dikenal ialah: PenghuluNusjaf. Beliau inilah yang mengembangkan batik di Kebumen dan tempat pertama menetap ialah sebelah Timur Kali Lukolo sekarang dan juga ada peninggalan masjid atas usaha beliau. Proses batik pertama di Kebumen dinamakan teng-abang atau blambangan dan selanjutnya proses terakhir dikerjakan di Banyumas/Solo. Sekitar awal abad ke-XX untuk membuat polanya dipergunakan kunir yang capnya terbuat dari kayu. Motif-motif Kebumen ialah: pohon-pohon, burung-burungan. Bahan-bahan lainnya yang dipergunakan ialah pohon pace, kemudu dan nila tom.
Pemakaian obat-obat import di Kebumen dikenal sekitar tahun 1920 yang diperkenalkan oleh pegawai Bank Rakyat Indonesia yang akhimya meninggalkan bahan-bahan bikinan sendiri, karena menghemat waktu. Pemakaian cap dari tembaga dikenal sekitar tahun 1930 yang dibawa oleh Purnomo dari Yogyakarta. Daerah pembatikan di Kebumen ialah didesa: Watugarut, Tanurekso yang banyak dan ada beberapa desa lainnya.
Dilihat dengan peninggalan-peninggalan yang ada sekarang dan cerita-cerita yang turun-temurun dari terdahulu, maka diperkirakan didaerah Tasikmalaya batik dikenal sejak zaman “Tarumanagara” dimana peninggalan yang ada sekarang ialah banyaknya pohon tarum didapat disana yang berguna un-tuk pembuatan batik waktu itu. Desa peninggalan yang sekarang masih ada pembatikan dikerja-kan ialah: Wurug terkenal dengan batik kerajinannya, Sukapura, Mangunraja, Maronjaya dan Tasikmalaya kota.
Dahulu pusat dari pemerintahan dan keramaian yang terkenal ialah desa Sukapura, Indihiang yang terletak dipinggir kota Tasikmalaya sekarang. Kira-kira akhir abad ke-XVII dan awal abad ke-XVIII akibat dari peperangan antara kerajaan di Jawa Tengah, maka banyak dari penduduk daerah: Tegal, Pekalongan, Ba-nyumas dan Kudus yang merantau kedaerah Barat dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya. Sebagian besar dari mereka ini adalah pengusaha-pengusaha batik daerahnya dan menuju kearah Barat sambil berdagang batik. Dengan datangnya penduduk baru ini, dikenallah selanjutnya pembutan baik memakai soga yang asalnya dari Jawa Tengah. Produksi batik Tasikmalaya sekarang adalah campuran dari batik-batik asal Pekalongan, Tegal, Banyumas, Kudus yang beraneka pola dan warna.
Pembatikan dikenal di Ciamis sekitar abad ke-XIX setelah selesainya peperangan Diponegoro, dimana pengikut-pengikut Diponegoro banyak yang meninggalkan Yogyakarta, menuju ke selatan. Sebagian ada yang menetap didaerah Banyumas dan sebagian ada yang meneruskan perjalanan ke selatan dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya sekarang. Mereka ini merantau dengan keluargany a dan ditempat baru menetap menjadi penduduk dan melanjutkan tata cara hidup dan pekerjaannya. Sebagian dari mereka ada yang ahli dalam pembatikan sebagai pekerjaan kerajinan rumah tangga bagi kaum wanita. Lama kelamaan pekerjaan ini bisa berkembang pada penduduk sekitarnya akibat adanya pergaulan sehari-hari atau hubungan keluarga. Bahan-bahan yang dipakai untuk kainnya hasil tenunan sendiri dan bahan catnya dibuat dari pohon seperti: mengkudu, pohon tom, dan sebagainya.